sergap TKP – MALANG
Musim penghujan di akhir tahun 2020 di prediksi bakal berlangsung hingga tahun 2021 dengan bulan Januari-Februari sebagai puncaknya. Atas hal tersebut Perum Jasa Tirta (PJT) I menyebut setidaknya ada 17 titik tanggul sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas rawan longsor.
Hal tersebut diungkapkan oleh Direktur Utama PJT I, Raymond Valiant Ruritan yang menyebut bahwa kondisi tanggul yang kritis menyebabkan resiko kerawanan banjir jadi semakin tinggi.
“Untuk potensi banjir kami mencatat ada 17 titik di DAS Brantas. Mulai dari Kediri hingga Gresik. Rinciannya, ada tiga di Kab Kediri, dua di Nganjuk, lima di Jombang, tiga di Sidoarjo, dua di Kab Mojokerto, dan dua di Gresik, ” ujar Raymond, Jumat (11/12/2020).
Untuk itu Raymond berharap pemerintah tetap waspada terhadap potensi banjir yang kemungkinan semakin tinggi. Sebab dari data yang ada curah hujan dari tahun 2019 terus meningkat dan di tahun 2021 nanti diperkirakan akan lebih tinggi lagi.
“Di tahun 2021 curah hujan di DAS Brantas diperkirakan lebih dari 1500 mm per tahun. Ditambah lagi, kondisi pengelolaan lingkungan yang cenderung mengakibatkan berkurangnya resapan. Sehingga potensi banjir lebih tinggi. Termasuk tanah longsor,” bebernya.
Tingginya intensitas limpahan hujan ini juga diperkirakan akan mempengaruhi daya tampung sungai maupun bendungan. Namun demikian pihaknya memastikan bahwa kapasitas sungai dan bendungan yang dikelola PJT I masih mencukupi.
“Kalau daya tampung sungai dan bendungan masih aman. Tapi kami tidak bisa mengendalikan banjir di luar itu, seperti banjir yang menggenangi jalan raya atau wilayah pemukiman,” jelasnya.
Potensi longsor juga wajib diwaspadai. “Seperti di Pujon Malang, sering terjadi longsor. Rata-rata terjadi karena daerah tangkapan air hujan yang semestinya bisa terserap dalam tanah mulai banyak berkurang,” terang Raymond.
Untuk itu, pihaknya mengimbau agar setiap individu bisa bersama-sama mencegah banjir dengan menjaga lingkungan dari pencermaran khususnya di bantaran Sungai Brantas.