Kapolri Bahas Fenomena Global Terorisme

oleh -

sergap TKP – SURABAYA

Kapolri Jenderal Tito Karnavian menyampaikan sejumlah materi berkaitan terorisme, kejahatan dunia maya (siber) dan keamanan nasional dalam kegiatan 3rd International Conference on Contemporary Social and Political Affair yang diadakan oleh Fakultas ilmu Sosial dan Politik, Universitas Airlangga.

Dalam kegiatan yang di gelar di Garden Palace Hotel tersebut juga turut dihadiri oleh sejumlah tokoh seperti Gubernur Lemhanas Letjen TNI (Purn.) Agus Widjojo, Prof. Peter Grabosky (ANU College of Asia and the Pacific), Prof. Hisae Nakanishi (Global studies, Dosisha University of Kyoto) dan Dr. Robbie Peters (Director of Development Studies University of Sydney).

“Terorisme yang terjadi di Indonesia saat ini tidak terlepas dari fenomena global yang dimulai sejak berakhirnya era perang dingin antara negara Barat dengan Timur. Dalam salah satu fasenya, dalam era ini, adalah penggunaan proxy oleh negara Barat untuk membendung hegemoni Uni Soviet di Timur Tengah,” ujar Jenderal dengan bintang empat dipundaknya tersebut, Kamis (7/9/2017).

Ia menyebut proxy paling memungkinkan untuk digunakan kelompok barat pada saat itu adalah kelompok islam dengan mengangkat isu penjajahan Uni Soviet yang ditujukan kepada kelompok komunis di Afghanistan dengan mayoritas penduduk beragama islam sehingga para Mujahidin berdatangan dari segala penjuru dunia ke Afghanistan untuk memerangi Uni Soviet dengan support peralatan perang, dana maupun kemampuan perang oleh negara Barat di bawah komando Amerika Serikat.

“Setelah perang ini selesai dengan dimenangkan Islam, dalam hal ini Mujahidin yang didukung Amerika dan sekutunya. Kelompok Islam yang telah memiliki kemampuan perang, kemampuan intelijen dan peralatan yang diperoleh selama perang melawan Uni Soviet tersebut, kembali ke khitahnya untuk mengembalikan kejayaan Islam dengan doktrin Salafi Jihadi, yang mengkafirkan semua orang yang berada diluar atau bertentangan dengan ide kelompoknya,” ujar Kapolri.

Hal ini termasuk cita-cita membentuk kekhalifahan dengan caranya mereka memulai dengan membentuk wilayah-wilayah yang dinamakan qoidah aminah atau wilayah aman. “Ini bisa dilihat bagaimana mereka mencoba untuk membangun qoidah aminah di Poso, namun berhasil digagalkan oleh Polri. Dan sekarang kelompok yang terafiliasi, tengah berjuang untuk membangun qoidah aminah di Marawi, sebagai hub atau cabang qoidah aminah yang ada di Syria,” ucap mantan Kapolda Metro Jaya tersebut.

Selain itu kelompok Salafi Jihadi juga menerapkan satu rukun Islam lain selain 5 rukun Islam dengan menambahkan kewajiban Jihad dalam arti berperang. Jihad kini sendiri dapat dilakukan didaerah masing-masing sehingga tidak perlu datang ke Syiria sesuai fatwa yang telah dikeluarkan oleh para tokoh radikal.

“Kehadiran kemajuan teknologi dibidang Informasi dan komunikasi, yang melahirkan cyber space, memberi peluang yang lebih luas bagi kegiatan terorisme ini untuk menyebarkan pengaruhnya. Sehingga menimbulkan lone wolf, yaitu individu yang berjuang atau berjihad sendiri, tidak terafiliasi secara fisik dengan kelompok radikal manapun,” terangnya.

Untuk itu Kapolri menghimbau perlunya meningkatkan kerjasama antar negara, baik ditingkat regional maupun internasional, juga dengan lembaga-lembaga non state, untuk menciptakan atmosphere yang lebih baik di dunia Islam, dan tidak untuk melemahkan Islam.

Hal ini dapat dilakukan dengan pola pendekatan yang lebih lunak, maupun upaya paksa menggunakan kekuatan secara bersamaan dan proporsional, dengan didukung saling tukar informasi, best practices dan peralatan yang didukung teknologi tinggi, diantara negara-negara di dunia dan seminimal mungkin menggunakan kekuatan militer yang akan menimbulkan collateral damage, kecuali tidak ada pilihan lain.

No More Posts Available.

No more pages to load.