sergap TKP – SURABAYA
Kepala BNNP Jatim Brigjen Pol Idris Kadir mengatakan bahwa peredaran narkotika mulai marak di Indonesia mulai tahun 90an atau lebih tepasnya diatas tahu 1990. Sebelumnya Indonesia masih menjadi negara transit.
“Jaman itu, masyarakat belum tergiur dengan barang itu. Rusaknya itu ditahun 90-an setelah muncul yang namanya ekstasi itu. Di tahun 90-an sampai 1996 tidak regulasi yang bisa mencegah sehingga banyak masyarakat yang tergoda,” ujar Idris Kadir, Senin (21/10/2020).
Bahkan saat ini, Indonesia menjadi salah satu surga narkoba.”Yang menjadi permasalahan kenapa barang itu masuk ke kita, setelah saya di BNN baru tahu juga, ya sepanjang permintaan banyak gimana gak masuk, kenapa ? Karena masyarakat kita masih banyak menjadi pengguna,” terangnya.
Berdasarkan study yang dilakukan LIPI, masyarakat perdesaan ada yang menjadi bandar. Tidak hanya itu narkoba bahkan telah masuk ke segala lini dan profesi bahkan dari oknum dokter, polisi, guru besar dan masih banyak lagi.
Saat ini di dunia terdapat sekitar 950 jenis narkoba baru dimana 79 diantaranya sudah masuk di Indonesia. Bahkan beberapa jenis lainnya masih belum ada regulasinya.
“Ini sudah beredar kemana-mana baru muncul undang-undangnya. Makanya masyarakat kita terlanjur jadi penyalah guna, makanya kebijakan BNN banyak fokus bagaimana melakukan pemulihan penyalah guna,” ucap Jenderal bintang satu ini.
Idris mengungkapkan kendati saat ini tengah di masa pandemi Covid-19. Peredaran narkotika masih cukup masif. Bahkan saat ini peredarannya marak menggunakan jasa paket ekspedisi.
“Terlebih di tengah pandemi, pengiriman menjadi pintu masuk. Dengan transportasi sulit, maka paket marak, kemarin yang diungkap dari Bea Cukai juga modusnya dari jasa paket,” pungkas Idris.