sergap TKP – BATU
Perum Jasa Tirta (PJT) I mengingatkan perihal banjir bandang yang terjadi pada 3 Februari 2004 silam yang lebih teruk dibanding banjir yang terjadi 4 November kemarin.
Manager Utama Regional 1 PJT I, Viari Djajasinha, S.T., M.T mengatakan banjir yang terjadi pada 17 tahun silam tersebut tidak hanya menghanyutkan sampah namun juga membawa batang kayu.
“Agar banjir bandang ini tidak terulang, perlu kerjasama dengan berbagai pihak untuk konservasi dan pelestarian air,” ujarnya kepada Forum Jurnalis Peduli Sungai di Sumber Brantas Kota Batu, Jumat (19/11/2021).
Hal tersebut menurutnya dapat dibantu tahapannya mulai jangka pendek, menengah dan jangka panjang tergantung dari jenisnya. “Tapi memang konservasi merupakan dasar dari pengelolaan sumber daya air dan wajib hukumnya untuk tetap dilaksanakan,” ucapnya.
Lebih lanjut Viari mengatakan untuk jangka pendeknya adalah penanganan di aliran sungai terdampak yang rusak melaui pembersihan kayu kayu, batu batu, jembatannya oleh seluruh pihak terkait di wilayah Kota Batu.
“Untuk DAS nya tentunya menjadi penanganan jangka menengah dan jangka panjang, sehingga harapannya kejadian seperti kemarin diharapkan tidak terjadi lagi,” terangnya.
Banjir bandang kemarin dikatakan oleh Viari terjadi karena tingginya intensitas curah hujan serta perubahan tata guna lahan dari yang sebelumnya hujan menjadi lahan pertanian, perkebunan yang tidak bisa menampung air.
“Selain itu juga kayu kayu sisa kebakaran hutan yang terjadi 2019 kemarin membendung secara alami kondisi di atas, sehingga saat terjadi longsoran di lereng lereng terjal yang kondisinya sudah kritis itu terkumpul di atas dan ketika hujan deras maka terjadilah banjir bandang,” jelasnya.
Untuk itu perlu kerjasama seluruh pihak untuk meminimalisasi agar banjir bandang yang menyebabkan berbagai kerusakan hingga merenggut korban jiwa kemarin tidak kembali terulang.