sergap TKP – SURABAYA
Direktur Utama Perum Jasa Tirta (PJT) I, Raymond Valiant Ruritan menyebut kolaborasi dan komitmen bersama sebagai kunci penanganan banjir.
Hal tersebut diungkapkan Raymond pasca banjir di Kabupaten Jombang akibat tingginya intensitas curah hujan yang mengguyur hulu dan tengah Sub DAS konto selama beberapa hari.
“Kita semua perlu beradaptasi dan melakukan mitigasi risiko mengingat kondisi daerah tangkapan air yang semakin kritis. Kolaborasi dan komitmen tentunya menjadi kata kunci penting agar bersama-sama kita dapat melakukan pembenahan secara sistematis terkait upaya pengelolaan banjir,” ujar Raymond, Minggu (7/2/2021).
Dikatakan oleh Raymond sungai konto telah mengalami banyak pendangkalan pasca meletusnya Gunung Kelud pada 2014 silam. Air sungai konto bagian hulu sendiri telah dibendung oleh Bendungan Selorejo.
Kendati demikian, apabila terjadi hujan maka limpasan permukaan di bagian tengah dan hilir akan langsung turun membawa material sisa letusan dan tanah. Selain itu juga terdapat kontribusi debit air dari anak sungai lainnya.
“Kontribusi terbesar debit itu tidak hanya Konto, tapi juga dari anak-anak sungainya. Penanganan pertama adalah adaptasi dengan situasi yang ada. Adanya aliran di sungai akibat hujan dan perubahan di badan sungai akibat terangkutnya sedimen harus diwaspadai,” paparnya.
Untuk itu Raymond menilai perlu adanya penguatan pengelolaan sungai yang perlu peran serta masyarakat untuk memelihara sungai dan menangkal kerusakan.
Banjir yang terjadi di Bandarkedungmulyo, Jombang itu sendiri terjadi karena tanggul sisi kiri sungai konto dekat Rolak 70 di Kecamatan Gudo dan juga Dam Gude jebol.
Hal ini diduga berkaitan dengan aktivitas penambangan ilegal yang terjadi disana. “Seharusnya, kedua insfrastruktur tadi bisa mengendalikan air pada waktu debit Sungai Konto membesar. Namun karena tanggul yang telah melemah, disertai aktivitas masyarakat maka terjadi bobol, apalagi aliran air membawa material sampah berupa kayu/bambu yang cukup banyak,” imbuhnya.
Akibat jebolnya tanggul tersebut air sungai meluap dan menyebabkan banjir yang menggenangi areal persawahan dan masuk ke saluran irigasi. Selain itu bebrapa tanggul dari Afvoer Besuk dan Afvoer Brawijaya ikut jebol dan menyebabkan banjir yang melumpuhkan akses jalan nasional Jombang-Madiun.
Sementara itu Direktur Operasional PJT I, GAJ Simamora mengatakan pihaknya telah melakukan sejumlah langkah tindak lanjut untuk mengatasi kondisi tersebut.
“Kami bersama dengan Dinas SDA PUPR Jombang, BPBD, BBWS Brantas serta masyarakat bergotong royong melakukan pembersihan Kali Konto dari sampah banjir. Pembersihan dilakukan secara mekanis dengan sejumlah alat berat,” ungkapnya.
Pihaknya juga melakukan penanganan darurat berupa pemasangan jumbo bag, bio bag, dolken, serta sesek bambu guna menutup tanggul yang jebol.
“Alat berat dari kami satu unit longboom HCE sudah dioperasionalkan. Kami juga menyiapkan bantuan material banjiran untuk perbaikan tanggul darurat. Mulai bambu bongkotan, bambu biasa, sesek gedek, dan karung plastik sandbag,” ucapnya.
Banjir ini juga mendapat atensi Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa yang telah meninjau lokasi banjir di Jombang, Sabtu (6/2) kemarin. Pada kesempatan tersebut Gubernur meminta masyarakat untuk gotong royong “jaga kali”.
Gubernur wanita pertama di Jatim ini menyebut pentingnya peran serta seluruh elemen masyarakat untuk memantau kondisi kondisi sungai di wilayahnya.
“Tolong sama-sama memantau dan aktif mengingatkan. Bahwa masyarakat jangan membuang sampah langsung ke sungai. Karena dampaknya tentu jangka panjang, seperti banjir,” pungkasnya.